Sejarah Kolonialisasi Virginia Amerika

Orang Eropa pertama yang mengkolonialisasi Amerika Utara


Penjelajahan Samudera dan Penemuan Benua Amerika


Penjelajahan samudera yang dilakukan oleh bangsa Eropa pada abad ke-15 menuntun bangsa Eropa menemukan tanah baru yang terletak disebelah barat. Tanah tersebut kemudian dikenal sebagai dunia baru, hal ini karena bangsa Eropa pada abad ke-15 hanya mengenal dunia Eropa, Asia dan pantai utara benua Afrika. Penjelajahan samudera diawali oleh Portugal dibawah Pangeran Henry Sang Navigator yang mengirimkan ekspedisi pertama menuju pantai Afrika dan menemukan Cape Verde dan Sungai Kongo pada 1482. Pada 1488 Bartholomew Diaz mencapai Tanjung Harapan dan Vasco da Gama membuka perjalanan menuju India pada tahun 1498.

Benua Amerika sendiri baru ditemukan pada tahun 1492 oleh Christoper Colombus yang berangkat dari Spanyol dengan kapal pinjaman dan armada yang berjumlah kurang dari 100 orang. Tujuan awal Christoper Columbus adalah berlayar ke barat dan menemukan Asia, akan tetapi justru pada 12 Oktober 1492 armada Columbus mendarat di salah satu pulau di Bahama dan diberi nama San Salvador. Penemuan tersebut kemudian menyebar dengan cepat sehingga Spanyol kemudian menyiapkan ekspedisi kedua untuk mendahului Portugal. Spanyol kemudian mendominasi penjelajahan di Amerika sebelum armada Inggris mengalahkan Spanyol yang juga menandai dominasi armada Inggris dalam bidang pelayaran dan membuka jalan bagi Inggris melakukan kolonisasi di Amerika.


Eksplorasi Kerajaan Inggris



Dalam hal penjelajahan dan kolonisasi yang dilakukan oleh Kerajaan Inggris diawali oleh Sir Humphrey Gilbert dan Sir Walter Raleigh. Pada tahun 1578 Gilbert yang memiliki hubungan dekat dengan Ratu mendapatkan restu kerajaan untuk melakukan kolonisasi. Izin tersebut didapat dengan beberapa syarat, salah satunya adalah bahwa koloni harus menyetujui seluruh peraturan dan hukum yang ditetapkan oleh kerajaan. Gilbert mengawali usahanya dengan dua kali kegagalan dan akhirnya pada 1583 Sir Gilbert mencapai pantai Narragansett (Sekarang Rhode Island). Akan tetapi setelah berhasil mendarat dan menyatakan bahwa tanah itu adalah tanah milik Ratu Elizabeth kapal terbesar dalam armada Gilbert hilang, kemudian ketika Gilbert hendak pulang menuju Inggris kapal yang dinaikinya hilang.

Satu tahun kemudian, pada tahun 1584 Raleigh membujuk Ratu untuk melanjutkan misi kolonisasi Gilbert dengan mengganti nama misi tersebut dengan namanya. Sama seperti Gilbert, Raleigh juga mengawali usahanya dengan kegagalan dan baru pada 1587 Raleigh berhasil memberangkatkan 117 orang menuju Roanoke di dekat North Carolina. Dalam koloni tersebut turut serta seorang pemimpin koloni bernama White, dalam koloni tersebut cucu White yang bernama Virginia Dare lahir sebagai anak Inggris pertama yang lahir di dunia baru . Setelah satu bulan mendiami Roanoke, White kembali ke Inggris untuk mendapatkan persediaan, akan tetapi karena terjadi perang antara Inggris dan Spanyol maka White baru bisa kembali pada tahun 1590 dengan menemukan kota “Ralegh” hancur dan tidak berpenghuni. Jejak dari para koloni tidak dapat ditemukan, sehingga kemungkinan mereka diserang oleh suku Indian atau Spanyol ada juga kemungkinan mereka tidak dapat dari cuaca di wilayah tersebut yang menurut penelitian terbaru pada tahun 1587 wilayah tersebut mengalami masa terkering dalam 770 tahun terakhir. Koloni Raleigh kemudian disebut sebagai „the Lost Colony‟. Hingga meninggalnya Ratu Elizabeth I pada 1603, belum ada satupun koloni Inggris yang tinggal di Amerika bagian utara.


Koloni Pertama Inggris

Queen Elizabeth I
Kegagalan koloni Inggris pada akhir kepemimpinan Elizabeth I tidak membuat penerusnya James I menghentikan proyek koloni. Pada tahun 1606 James I melanjutkan program koloni dengan membagi kedalam dua divisi yaitu divisi London dan divisi Plymouth. Koloni London dan Plymouth kemudian dibuat berpisah hingga puluhan mil. Selama proyek tersebut berjalan pasar saham di

Inggris menantikan prospek kembalinya para kolonis dengan membawa emas dan mineral lainnya.

Pola kolonisasi yang dilakukan oleh Inggris dan Spanyol sangat berbeda karena Inggris tidak melakukan penaklukan dan koloni koloni tidak memiliki regulasi yang sama. Sangat berbeda dengan Spanyol yang melakukan penaklukan penaklukan dan menerapkan peraturan yang sama di seluruh koloninya.

Pada tahun 1606 Raja James I melepas dua divisi kolonis, yaitu divisi London dan divisi Plymouth. Divisi London inilah yang kemudian menjadi koloni pertama Inggris di benua Amerika setelah mendirikan koloni di Virginia. Nama Virginia sendiri diambil dari julukan Ratu Elizabeth I “the virgin queen”.Pada tanggal 6 Mei 1607 tiga kapal yang membawa 100 orang yang dipimpin oleh Kapten John Smith mencapai teluk Chesapeake setelah berlayar selama empat bulan. Mereka kemudian berlayar masuk kearah ke hulu sungai sejauh 40 mil untuk menghindari orang orang Spanyol yang menjadi perompak.

King James I of England
Sungai tersebut kemudian disebut sebagai Sungai James dan koloni yang dibangun didaerah tersebut disebut Jamestown. Di Jamestown para koloni kemudian mambangun pagar, gubuk yang digunakan untuk tinggal, gudang dan gereja. Akan tetapi terdapat masalah yang muncul pada awal pembentukan koloni, yaitu sebagian besar koloni tidak bisa bertani, karena mereka adalah petualang yang berusaha mencari emas bukan untuk bertani. Sehingga untuk bertahan mereka mengandalkan ikan, suplai dari Inggris dan bertransaksi dengan Indian.

Di wilayah Virginia terdapat suku Indian yang dipimpin oleh Wahunsonacock, yang dipanggil Powhatan sesuai dengan nama suku Indian yang dipimpinnya. Anggota suku tersebut terdapat 10.000 orang. Mereka hidup di tepian sungai dan mengembangkan jagung. Powhatan adalah tipe suku Indian yang bersifat menunggu dan tidak agresif. Bahkan Powhatan sering melakukan transaksi dengan kolonis, yaitu dengan menukar jagung dengan barang barang seperti pedang, senapan dan lain lain.

John Smith sebagai ketua koloni lebih memilih menjalin hubungan baik dengan suku Indian Virginia demi keamanan koloni. John Smith sendiri menerapkan disiplin yang tinggi dalam mengembangkan koloninya yang kelaparan dengan ucapan “Siapa yang tidak bekerja tidak akan makan”. John Smith juga memetakan wilayah Chesapeake. Walaupun dianggap ambisius, melalui kepemimpinanya koloni Jamestown dapat selamat.

Pada tahun 1609, Smith kembali ke Inggris dan dengan peninggalan Smith, Jamestown menjadi kacau. Hanya tersisa 60 dari 300 penduduk asli Jamestown hal tersebut dikarenakan kelaparan, seluruh unggas, kuda dan persediaan telah habis dimakan. Jamestown menjadi kumuh dan ditinggalkan. Pada tahun 1610 seorang gubernur Lord De La Warr (Delaware) membangun koloni baru di Virginia yang berlokasi di atas Jamestown, yaitu Henrico (Richmond), selain itu dibangun pula koloni dimulut sungai yang terletak dibawah Richmond.

Pada tahun 1612 seorang petani bernama John Rolfe berhasil menemukan tembakau berkualitas tinggi hasil persilangan dengan rerumputan lokal. Tembakau ini cocok dengan selera orang Eropa. Pengiriman pertama tembakau ini ke London terjadi pada tahun 1614 dan pada sepuluh tahun berikutnya tembakau menjadi komoditas utama yang yang menyokong ekonomi Virginia atau lebih dikenal sebagai Tobacco Boom.

Selain berhasil menemukan jenis tembakau yang memiliki nilai ekonomis tinggi, John Rolfe juga melakukan hal yang penting bagi koloni yaitu menikahi anak dari Powhatan yaitu Pocahontas. Pocahontas bukanlah sosok yang asing bagi Jamestown. Dalam masa krisis hubungan antara koloni denhan Powhatan, John Rolfe kemudian menikahi Pocahontas dan membuka jalan perdamaian antara koloni dengan Powhatan. Pocahontas sendiri kemudian dikenal sebagai Lady Rebecca akhirnya meninggal tidak lama setelah itu setelah dibawa ke Inggris.



Pertikaian dengan Indian kembali terjadi ketika koloni Inggris membuka lahan yang diperuntukkan sebagai perkebunan tembakau. Para koloni yang terus membuka lahan kemudian diserang oleh Indian pada tahun 1622, dalam serangan yang dipimpin oleh Opechancaough suku Indian membunuh 350 orang termasuk John Rolfe untuk memprovokasi pihak koloni agar menyerang mereka.

Kerajaan Inggris kemudian melakukan pembersihan terhadap Indian di sepanjang daerah terdepan (frontier). Pada tahun 1623 Kapten William Tucker dan pasukannya bertemu dengan pemimpin Indian untuk melakukan negosiasi mengenai koloni. Setelah menandatangai perjanjian Tucker mengundang Indian untuk merayakan perdamaian mereka. Akan tetapi kemudian minuman Indian diberi racun sehingga dua ratus Indian tewas. Tentara Inggris kemudian membakar desa Indian dan membunuh lima puluh Indian lagi dan merampas jagung jagung milik Indian. Proses pembersihan terhadap Indian di Virginia membutuhkan waktu sekitar satu dekade.

Hingga tahun 1624, Virginia tetaplah berbahaya karena tingkat kematian yang tinggi. Sekitar 14.000 orang yang bermigrasi menuju Virginia sejak 1607 akan tetapi hanya 1.132 yang bertahan hidup di Virginia. Tingkat kematian yang tinggi ini dikarenakan penyakit dan serangan serangan Indian. Pada tahun 1624, dengan nasihat komisi kerajaan Inggris kemudian membubarkan Virginia Company dan menjadikan Virginia sebagai menjadi koloni Kerajaan Inggris.


Pasca Dibubarkannya Virginia Company

Colonial Seal of Virginia

Setelah menjadi koloni kerajaan, Virginia dipimpin oleh seorang Gubernur. Raja tidak memberi instruksi baru membuat sebuah dewan, akan tetapi gubernur menyatakan tidak mungkin memimpin Virginia yang bermasalah tanpa adanya dewan tersebut. Dewan tersebut bertemu pada 1629, namun demikian hal itu tidak diketahui oleh kerajaan hingga 10 tahun berikutnya.

Setelah tahun 1622, hubungan antara Indian dengan Virginia disebut sebagai (Perpetual Emity) hingga Opechancanough kembali melancarkan serangan pada 1644. Tentara Inggris kemudian menghadapi situasi yang sama pada dua puluh dua tahun yang lalu kemudian menghadapi Indian dengan ganas, yang pada buku America a Narrative History disebutkan “ … that nothing quite like it happening again.”

Pada tahun 1630an hingga 1640an , merupakan periode yang lebih stabil bagi Virginia hal ini dikarenakan pembelajaran yang didapatkan setelah masa awal yang tidak stabil. Harga tembakau sangat tinggi dan mencapai puncaknya sehingga petani petani besar mulai merambah ke dunia politik.

Virginia pada pertengahan abad menjadi magnet bagi pendatang baru. Walaupun keuntungan penjualan tembakau tidak sebesar periode sebelumnya, petani kemudian mengembangkan jagung. Melimpahnya persediaan makanan kemudian menurunkan tingkat mortalitas dan mendorong pertumbuhan penduduk di koloni tersebut. Pada 1650 penduduk Virginia berjumlah sekitar 15.000. Dengan bertambahnya jumlah penduduk kemudian menimbukan dampak ekonomi yaitu melimpahnya jumlah suplai, hal ini menyebabkan harga tanah yang meroket dan harga komoditas seperti tembakau jatuh. Akhirnya petani petani kecil harus pindah ke daerah terdepan yang sangat rawan terhadap serangan Indian.

Keadaan buruk tersebut kemudian semakin parah setelah pada tahun 1660 setelah Charles II memberlakukan regulasi perdagangan baru bagi para kolonis. Hal itu melengkapi depresi harga tembakau, pajak yang tinggi dan Indian. Keadaan tersebut kemudian menimbulkan masalah sosial muncu di Virginia sepeti kekerasan, dan kriminalitas yang tingi untuk bertahan hidup. Hingga muncul pemberontakan yang disebut sebagai Bacon’s Rebellion.
Previous
Next Post »