10 Hewan Langka Endemik Pulau Bali dan Nusa Tenggara

Ini dia 10 hewan dan burung langka endemik Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara...

1. Pungguk Sumba

www.larsfoto.se
     Spesies Burung Hantu ini endemik di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Burung Pungguk Sumba ini menghuni sebagian kecil dan kawasan hutan primer dan sekunder pada ketinggian 600-950 mdpl.

2. Julang Sumba

orientalbirdimages.org
    Julang Sumba atau dalam nama ilmiahnya Aceros everetti adalah sejenis burung berukuran besar dengan panjang lebih kurang 70cm. Burung ini memiliki bulu berwarna hitam dan paruh berwarna kekuningan. Burung jantan dan betina mudah dibedakan. Kepala dan leher burung jantan berwarna merah, sedang burung betina memiliki kepala dan leher berwarna hitam. Julang Sumba hanya terdapat di hutan primer dan sekunder daerah Sumba, Nusa Tenggara Barat. Spesies ini ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 950 meter.

3. Komodo

www.earthtimes.org
     Komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaituTaman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.

4. Jalak Bali


     Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-undang. Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan menurut pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, sebagai orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912.

5. Codot Nusatenggara

www.arkive.org
     Codot nusatenggara adalah sejenis kelelawar pemakan buah yang ditemukan hidup terbatas (endemik) di Nusa Tenggara. Codot ini memiliki 3 anak jenis (subspesies) yaitu Cynopterus n. nusatenggara, Cynopterus n. sinagai, Cynopterus n. wetarensis.

6. Pungguk Wengi

tnmanupeu.blogspot.com
     Satu lagi jenis burung hantu endemik Musa Tenggara tepatnya di Pulau Sumba adalah pungguk wengi. Burung ini berukuran sekitar 35-40 cm, burung ini tidak mudah dijumpai. Menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi baik hutan tropis maupun meranggar juga di tepi hutan dan hutan mangrove. Dari dataran rendah sampai ketinggian 1000 mdpl. Pungguk Wendi biasanya terlihat sendirian, berpasangan atau dalam kelompok kecil yang terpencar sampai 4 individu. 

7. Gagak Flores

ibc.lynxeds.com
     Gagak flores hanya dapat ditemui di Flores dan Rinca, Nusa Tenggara. Oleh IUCN, spesies ini dimasukkan kedalam spesies yang terancam.

8. Celepuk Flores

www.arkive.org
     Celepuk flores adalah burung dari keluarga Strigidae. Untuk pertama kalinya, burung ini ditemukan di Gunung Repok, Flores. Ditemukan pada tahun 1896. Burung ini merupakan endemik Flores. Sejak saat itu, burung celepuk flores tak ditemukan hingga Maret, 1994. Catatan terakhir burung ini dibuat pada 1997. Celepuk flores adalah burung pendiam. Burung ini hinggap di tempat yang tinggi, sehingga burung ini sulit untuk dilihat.

9. Burung Madu Matari


     Burung endemik Nusa Tenggara ini cukup mudah ditemui. Menghuni hutan monsun sekunder, tepi hutan, lahan budidaya dan taman-taman dekat kota dari permukaan laut sampai ketinggian 800 m di Sumbawa, 1000 m di Flores, dan 720 m di Timor.

10. Kura-kura Leher Ular


     Kura-kura berleher ular pulau Rote (Chelodina mccordi) adalah kura-kura kecil berleher panjang, ditemukan hanya di habitat lahan basah pulau Rote, bagian timur Indonesia. Karena Kura-kura endemik ini telah menjadi spesies baru sejak 1994. Kura kura berleher ular pulau Rote tinggal di rawa, danau, dan sawah di selatan pulau Rote. Spesies ini seringkali diperdagangkan oleh para kolektor reptil endemik internasional. Sehingga lebih sering ditemukan di penangkaran dibandingkan habitat aslinya. Jumlah populasi spesies ini semakin berkurang, karena selalu diperdagangkan, namun perkembangbiakannya sedikit. Para pedagang seringkali menggunakan perangkap untuk menangkap hewan ini di rawa-rawa air tawar di Pulau Rote. (http://denifa-biology.blogspot.com/)

Previous
Next Post »