Oleh : Muhammad Fajar Rifai
Seperti yang telah kita ketahui selama ini, bahwa sekutu utama Jerman di Perang Dunia II adalah Jepang dan Italia. Selain dua negara tersebut, ada negara-negara lain yang bergabung seperti Finlandia, Rumania, dan Hungaria. Dari sekutu-sekutu Jerman yang telah disebutkan, yang dianggap "mengecewakan" adalah Italia yang senantiasa menanggung kekalahan. Di balik kelemahan Italia, ada beberapa faktor yang menjadikan semangat tempur Italia menjadi "melempem". Padahal, di berbagai pertempuran di Front Barat dan Front Afrika sebenarnya Italia juga mendapat bantuan Jerman. Namun Italia tidak ada ubahnya seperti "teman yang menyusahkan". Beberapa faktor tersebut adalah:
1. Tidak Bersatunya Pemerintahan Italia
Berbeda dengan Jepang, kaum Fasis Jepang dan otoritas Kekaisaran berada dalam satu suara. Tidak ada istilah dimana otoritas Kekaisaran ataupun kaum Fasis Jepang yang saling curiga satu sama lain. Mereka bekerja sama untuk satu tujuan yakni kejayaan tanah air. Sebaliknya dengan Italia, otoritas Kerajaan dan kaum Fasis Italia malah berbeda pandangan. Kaum Fasis Italia menginginkan untuk menghentikan persekutuan dengan Inggris dan Prancis, karena terbukti kedua negara itu mengkhianati Italia usai Perang Dunia I. Namun otoritas Kerajaan menginginkan untuk mempertahankan aliansi dengan pihak Sekutu. Hal ini mengakibatkan pertentangan yang berlarut-larut pada akhirnya.
2. Italia Tidak Terlalu Berniat Berperang Di Sisi Jerman
Seperti yang telah dijlaskan di atas bahwa otoritas Kerajaan ingin mempertahankan aliasi dengan pihak Sekutu sedangkan kaum Fasis menarik Italia untuk bersekutu dengan Nazi Jerman. Sebenarnya, kaum Fasis Italia kalah suara dalam hal ini sebab sebagian besar elemen Italia dari masyarakat, militer pemerintahannya (Otoritas Kerajaan) lebih membenci Jerman daripada Inggris dan Prancis. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor historis dimana dalam sejarah sejak masa Romawi Kuno hingga Perang Dunia I, Italia tidak pernah sedikitpun memenangka pertempuran dengan bangsa Jerman. Bahkan Kekaisaran Romawi Barat sendiri diruntuhkan oleh suku-suku barbar dari tanah Jerman. Bangsa Italia memendam rasa benci ini selama berabad-abad, dan untuk itu mereka mengadakan aliansi dengan Inggris dan Prancis. Namun kaum Fasis Italia tidak mempedulikan masa lalu bangsa mereka dan tetap memilih Nazi Jerman sebagai sekutu. Ini juga menimbulkan perpecahan di kalangan rakyat Italia. Pada akhirnya Jerman sebagai sekutu Italia sendiri tidak diterima oleh rakyat Italia ketika datang untuk membatu pertahanan Italia dari serangan Sekutu.
3. Doktrin Bertempur Dan Semangat Kedisiplinan Militer Yang Hilang
Semenjak keruntuhan era Romawi, bangsa Italia telah kehilangan doktrin bertempurnya serta kedisiplinan militernya. Mereka lebih senang "mengurus" kesenian. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya seniman yang lahir di Italia seperti Arturo Toscanini, Giorgio Vasari, Leonardo Da Vinci dan lain-lain. Selain itu masyarakat Italia lebih menyukai kebebasan mutlak, pesta-pesta dan sikap foya-foya. Mereka memandang Fasisme sebagai cara untuk memaksa Italia meninggalkan kehidupan bersenang-senang dan kembali kepada aturan berdisiplin yang membosankan. Selain itu bangsa Italia adalah bangsa yang tergolong ribut sendiri. Italia tidak suka berperang bahkan untuk mempertahankan tanah airnya sendiri, namun mereka lebih suka ribut sendiri dan mengadakan pesta serta berfoya-foya. Jelasnya, itulah hidup senang dalam padangan masyarakat Italia.
4. Persenjataan Italia Masih Kurang Memadai
Sebagai contoh, Angkatan Darat Italia hanya memiliki tank-tank yang inferior dibandingkan dengan tank-tank Inggris dan Prancis yang jauh lebih kuat. Selain itu barak militer dan organisasi angkata bersenjatanya mash berantakan. Namun Italia memiliki satu kelebihan, yakni Angkatan Lautnya jauh lebih kuat daripada Angkatan Laut Inggris dan Prancis serta ditopang dengan armada modern. Italia adalah negara pertama yang memiliki kapal-kapal perang tercanggih pada PD II yang bahkan tidak dapat ditandingi oleh Royal Navy (AL Inggris). Kapal-kapal perang Italia besar dan kuat serta gerakannya yang lebih gesit dan lincah, seperti RN Roma dan RN Littorio. Namun faktor lemahnya mental Italia sepertinya menjadi bahan mainan bagi Sekutu. Belum lagi para petinggi militer Italia yang masih tidak percaya diri menghadapi kekuatan Sekutu meski sudah dibantu oleh Jerman. Hal ini tentu saja menjadi sia-sia.
5. Perubahan Kebijakan Fasis Italia
Dalam hal ini adalah bermulanya kebijakan Fasis Italia untuk ikut memburu kaum Yahudi seperti Nazi Jerman yang juga memburu kaum Yahudi. Jika Jepang bersemangat untuk memburu kaum Yahudi dan yang memiliki keterkaitan dengan Yahudi seperti Freemasonry hingga ke Indonesia, lain halnya dengan Fasis Italia. Masyarakat Italia tidak suka bermusuhan dengan Yahudi karena mereka menganggap Yahudi penting bagi kehidupan Italia. Bahkan di awal perkembangan Fasis Italia, banyak anggotanya yang berasal dari kalangan Yahudi. Mereka berperan sebagai donatur atau bahkan menduduki jabatan penting sebagai anggota Dewan Fasis. Bahkan kekasih awal Mussolini berasal dari kalangan Yahudi. Perubahan kebijakan akibat persekutuan dengan Nazi Jerman membuat masyarakat Italia muak dengan Pemerintahan Fasis.
6. Otoritas Vatikan
Mussolini membuat kesalahan besar dengan membebaskan otoritas Vatikan melalui Perjanjian Lateran. Bahkan Kekaisaran Romawi dan Kerajaan Awal Italia Bersatu tidak pernah membiarkan Vatikan lepas dari kontrol pemerintah pusat sebab Vatikan sebagai otoritas tertinggi Gereja Katolik Roma dipandang sebagai pemimpin agama yang terpisah dari kepentingan politik. Oleh karena itu kekuasaan Vatikan dibatasi oleh pemerintah pusat Romawi dan Italia. Namun Mussolini mengubah tradisi tersebut. Dengan membebaskan Vatikan artinya Mussolini gagal menempatkan Vatikan di bawah pengawasan pemerintah Italia seperti pada masa lalu dan ini berakibat fatal sebab Mussolini membuat kekuasaan Vatikan seolah-olah tidak tersentuh. Berbeda dangan Nazi, Hitler berhasil merangkul kaum Rohaniwan untuk mendukung pemerintahannya sementara Mussolini dengan membebaskan Vatikan bukan saja ia gagal menggalang dukungan kaum Rohaniwan, namun tentunya kaum Rohaniwan itu akan berbalik menyerangnya mengingat dengan bebasnya Vatikan maka mutlak kekuasaan Paus seperti masa setelah runtuhnya Romawi Barat. Inilah kesalahan besar Mussolini padahal jika Vatikan tetap ada di bawah kontrol Italia maka akan mudah bagi Mussolini untuk menarik dukungan kaum Rohaniwan sebab para pemuka agama merupakan salah satu elemen terpenting bagi negara yang mempercayai adanya Tuhan dan agama. Bahkan diisukan bahwa Vatikan menjadi salah satu wadah Kaum Konspirasi untuk menumbagkan rezim Fasis/Nazi.
Sumber :
www.fajarifai.blogspot.com